KUTAIPANRITA.ID, KUTAI KARTANEGARA – Kehadiran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) dalam Expo Erau 2025 memberikan warna tersendiri. Tidak sekadar menampilkan benda-benda bersejarah, stan Disdikbud tahun ini lebih difokuskan sebagai ruang edukasi bagi masyarakat, khususnya generasi muda, untuk mengenal budaya dan sejarah daerah.
Dengan mengusung tema “Menjaga Marwah Peradaban Nusantara”, Disdikbud menampilkan berbagai koleksi yang sarat makna. Pengunjung dapat belajar langsung tentang tradisi masyarakat Dayak melalui benda-benda seperti Tajau atau guci kayu yang digunakan dalam prosesi adat, serta peti mati tradisional yang sudah dikenal sejak zaman leluhur.
Penata Layanan Operasional Cagar Budaya Bidang Kebudayaan Disdikbud Kukar, Muhammad Fahrizal, menyebut bahwa stan ini memang dirancang tidak hanya sebagai pameran, tetapi juga sebagai media pembelajaran sejarah. “Kami ingin memberikan pengalaman berbeda. Pengunjung bukan hanya melihat, tetapi juga memahami nilai budaya yang terkandung di balik setiap koleksi,” jelasnya, Minggu (21/9/2025).
Selain koleksi bersejarah, pengunjung juga diajak mengenal arsitektur tradisional melalui miniatur rumah adat Dayak Benuaq. Simbol mitologi khas Kesultanan Kutai, Lembuswana, juga turut dipamerkan untuk memperkuat pemahaman tentang identitas budaya Kukar.
Tak hanya itu, Disdikbud menghadirkan inovasi kontemporer berupa batik Buceros dengan motif gasing khas Kutai. Karya ini menjadi contoh bagaimana budaya lokal dapat dikembangkan dan tetap relevan tanpa meninggalkan akar sejarahnya. Menurut Fahrizal, batik tersebut sekaligus menunjukkan kesinambungan antara tradisi dan kreativitas modern.
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya yang lebih banyak menonjolkan sektor pendidikan, kali ini stan Disdikbud sepenuhnya didedikasikan untuk bidang kebudayaan. Hal ini selaras dengan semangat Festival Erau yang memang berakar pada tradisi dan prosesi adat.
Fahrizal menegaskan bahwa partisipasi Disdikbud di Expo Erau merupakan komitmen untuk menghadirkan budaya ke ruang publik. “Kami ingin masyarakat, khususnya generasi muda, tidak hanya menikmati hiburan, tetapi juga mendapat pengetahuan baru tentang sejarah dan budaya daerah,” ujarnya.
Respons masyarakat pun cukup positif. Banyak pengunjung yang tertarik bertanya langsung tentang fungsi benda tradisional maupun filosofi di baliknya. Beberapa bahkan mengaku baru mengetahui makna dari koleksi yang dipamerkan setelah berkunjung ke stan Disdikbud.
Menurut Fahrizal, interaksi ini menjadi bagian penting dari tujuan stan Disdikbud, yakni membangun kesadaran masyarakat untuk melestarikan warisan budaya. Ia berharap ke depan, pameran seperti ini bisa semakin diperluas dan lebih interaktif, sehingga mampu menumbuhkan rasa bangga terhadap identitas lokal.
Dengan konsep edukasi budaya yang ditawarkan, stan Disdikbud Kukar di Expo Erau 2025 berhasil memperlihatkan bahwa pelestarian warisan bukan sekadar kewajiban pemerintah, tetapi juga menjadi tanggung jawab bersama seluruh masyarakat. (ADV/Disdikbud Kukar)
Pewarta : Indirwa Editor : Fairuzzabady