KUTAIPANRITA.ID, KUTAI KARTANEGARA — Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) menggelar Workshop Penyusunan Modul Pembelajaran Bahasa Kutai jenjang SMP selama dua hari, yakni 16–17 Juli 2025, bertempat di Hotel Grand Fatma, Tenggarong. Kegiatan ini menjadi langkah strategis dalam mendukung pelestarian bahasa daerah, khususnya Bahasa Kutai, agar tetap hidup dan dikenali generasi muda.
Workshop ini menghadirkan puluhan guru dari berbagai SMP di Kukar, dengan tujuan membekali mereka kemampuan dalam menyusun modul Bahasa Kutai sebagai bahan ajar muatan lokal yang seragam di seluruh wilayah kabupaten.
Salah satu peserta, Sisna Sari dari SMPN 7 Muara Kaman menyampaikan bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat bagi para guru.
“Workshop ini sangat membantu guru-guru dalam pembuatan modul sebagai patokan pembelajaran Bahasa Kutai di tingkat SMP se-Kutai Kartanegara,” ungkapnya saat diwawancara, Kamis (17/7/2025).
Namun demikian, Sisna Sari juga mengungkapkan adanya kendala yang dihadapi peserta.
“Sebagian peserta bukan dari sub-penutur Bahasa Kutai, jadi cukup ada hambatan dalam memahami bahasa yang digunakan,” katanya.
Ia menambahkan bahwa modul yang disusun dalam workshop ini akan terus dikembangkan dan disesuaikan dengan kearifan lokal di masing-masing sekolah.
“Kita akan mengembangkan modul ini dan menerapkannya di proses pembelajaran muatan lokal Bahasa Daerah. Apalagi sudah mendapat bimbingan dari pemateri, jadi lebih mudah,” ujar Sisna Sari.
Sisna Sari berharap program seperti ini terus ditindaklanjuti, mengingat semakin berkurangnya penggunaan bahasa ibu di kalangan pelajar.
“Banyak anak-anak SMP yang sebenarnya orang Kutai, tapi tidak mengerti Bahasa Kutai. Mereka lebih terbiasa dengan bahasa gaul. Ini sangat memprihatinkan,” bebernya.
Senada dengan itu, Eni Fajriyani dari SMPN 1 Samboja menyampaikan bahwa kegiatan workshop ini sangat membantu dalam pemerataan pembelajaran Bahasa Kutai.
“Selama ini modul Bahasa Kutai belum merata di semua wilayah. Dengan adanya modul ini, semua sekolah jadi punya acuan yang sama,” katanya.
Ia menilai workshop berjalan lancar tanpa kendala berarti. Menurutnya, Peserta banyak yang sudah terbiasa menyusun modul, jadi meskipun merupakan mata pelajaran Bahasa Daerah, pihaknya dapat melakukan penyesuaian.
Lebih jauh, Eni juga menekankan pentingnya pengenalan budaya lokal secara menyeluruh.
“Bahasa Kutai bukan hanya soal bahasa, tapi juga ada tradisi, lagu daerah, permainan tradisional, dan wisata lokal yang perlu dikenalkan kepada siswa,” jelasnya.
Mengenai kendala implementasi, ia menyebut tantangan terbesar ada di daerah pesisir yang lebih heterogen secara etnis.
“Di sana banyak pendatang dari luar seperti Bugis, Jawa, dan Banjar. Tapi kami sudah punya kamus Bahasa Kutai dari balai bahasa, jadi itu sangat membantu,” tambah Eni.
Ia berharap kegiatan serupa terus dilaksanakan dan dikembangkan di masa depan.
“Harapan saya workshop seperti ini bisa terus diadakan setiap tahun, agar ada penyegaran dan penyesuaian, apalagi kalau ada guru yang pensiun atau modul yang perlu dikembangkan lebih lanjut,” tutup Eni. (ADV/DisdikbudKukar)
Pewarta : Indirwan
Editor : Fairuz