KUTAIPANRITA.ID, KUTAI KARTANEGARA – Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) merupakan bagian dari program nasional pelestarian bahasa daerah. Ajang ini menjadi pintu bagi pelajar Kukar untuk tampil hingga tingkat provinsi, bahkan nasional di Jakarta pada April 2026 mendatang.
FTBI adalah program rutin Kementerian Pendidikan yang dilaksanakan secara berjenjang mulai dari kabupaten/kota, provinsi, hingga puncaknya di tingkat nasional. Tujuannya, menanamkan kebiasaan generasi muda dalam menggunakan bahasa daerah.
“kegiatan ini adalah kegiatan rutin program nasional. Dari kabupaten, nanti naik ke provinsi, dan puncaknya di Jakarta. Tujuannya jelas, untuk melestarikan bahasa Ibu. Kalau di Kukar kita menggunakan bahasa Kutai, meski ada banyak dialek berbeda dari satu daerah ke daerah lain,” ungkap Kabid Kebudayaan, Disdikbud kukar, Kamis (4/9/2025).
Menurutnya, perbedaan dialek bahasa Kutai justru menjadi kekayaan tersendiri. Dari Tenggarong, Kota Bangun, hingga Sebulu, terdapat ragam tutur yang unik. Melalui FTBI, anak-anak didorong tidak hanya sekadar tahu bahasa Kutai, tetapi juga berani menggunakannya dalam keseharian maupun di atas panggung.
“Dengan festival ini, kita ingin anak-anak tidak hanya tahu bahasa Kutai itu benar, tapi juga bisa menuturkannya. Karena bahasa itu identitas. Kalau tidak dibiasakan sejak dini, lama-lama akan hilang,” jelasnya.
Puji menyebutkan, cabang lomba FTBI 2025 di Kukar meliputi Tingkilan, Tarsul, Jepen, dan Lagu Daerah. Semua kategori lomba mewajibkan penggunaan bahasa Kutai sebagai pengantar utama.
Ajang ini diikuti sebanyak 280 peserta tingkat SD dan SMP dari seluruh kecamatan di Kukar. Sebelumnya, Disdikbud Kukar telah melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah yang memiliki muatan lokal bahasa daerah agar bisa mendaftarkan siswanya.
“Pesertanya ada 280 anak. Mereka ini sudah disosialisasikan sejak beberapa minggu lalu, sehingga sekolah-sekolah bisa mempersiapkan diri,” tambah Puji.
Ia menekankan bahwa di tingkat provinsi nanti, FTBI bukanlah ajang untuk mempertemukan bahasa-bahasa berbeda seperti Kenyah, Paser, atau Berau. Namun, fokus pada bahasa Kutai dengan beragam dialeknya. Sementara di tingkat nasional, format kegiatan lebih menekankan pada penampilan, bukan sekadar kompetisi.
“Di provinsi nanti kita ketemu dengan penutur Kutai dari Kutai Timur, Kutai Barat, Samarinda, sampai Balikpapan. Semuanya tetap bahasa Kutai, hanya berbeda dialek. Jadi yang dinilai adalah penampilan dan penguasaan bahasa Ibu masing-masing,” terangnya.
Dengan adanya FTBI, Puji berharap generasi muda Kukar semakin bangga menggunakan bahasa Kutai, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun di ajang bergengsi nasional. (ADV/DisdikbudKukar)
Pewarta : Indirwan Editor : Fairuzzabady