KUTAIPANRITA.ID – Tidak dapat dipungkiri kehadiran Ibukota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur (Kaltim) berpotensi mendongkrak berbagai sektor ekonomi di kaltim tak terkecuali industri pariwisatanya. Sektor Ekraf menjadi salah satu sektor yang paling berpeluang mengalami perkembangan signifikan dengan hadirnya IKN. Gelombang masyarakat yang akan datang ke Kaltim menjadi momentum penting dalam mengenalkan wastra dan kriya asli khas Kaltim sebagai indentitas daerah.
Kepala Bidang Pengembangan Ekraf, Awang Kholik menilai kian tahun kondisi ekonomi kreatif di Kaltim akan terus mengalami peningkatan, hal ini menurutnya juga harus dibarengi dengan perkembangan inovasi dari para pelaku ekraf yang mengikuti zaman. Akulturasi maupun adopsi dari konsep budaya lain memang merupakan hal yang lumrah terjadi dalam proses kreativitas seiring dengan berkembangnya zaman. Kendati demikian, meski mengikuti zaman namun para pelaku wastra kriya tentu tidak boleh meninggalkan nilai – nilai budaya lokal yang telah diwariskan.
“Kalo dilihat dari sisi ekonomi di kaltim saya yakin semakin tahun semakin banyak peminatnya, kalau untuk potensi kedepannya ya tentu pasti ada, namun kembali lagi kepada para pengeajin kriya dia harus mengikuti kekinian, dia harus membawa budaya lokal juga,” ujar awang.
Selain itu, dalam hal inovasi dirinya juga menjelaskan pentingnya produk berkelanjutan yang ramah lingkungan. Yakni sisa produksi maupun bahan baku dari produk yang dibuat penting agar tidak mencemari lingkungan.
Pasalnya hal ini juga cukup menjadi perhatian terlebih menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia, pada tahun 2021 indonesia telah menghasilkan 2,3 juta ton limbah dari industri fashion. Angka tersebut setara dengan 12% dari total sampah yang dihasilkan di Indonesia.
Tentunya perihal ini juga perlu adanya pendekatan melalui sosialisasi dan implementasi dalam berbagai media yang mewadahi para pelaku wastra dan kriya.
“Misal gini dekranasda Kaltim mau mengadakan dekranasda award, dan salah satu syaratmya adalah menggunakan bahan yang tidak mencemari lingkungan, limbahnya itu menajdi perhatian juga dalam karya yang dibuat. Contoh ulap doyo dicampur kayu dengan resin, limbahnya juga perlu jadi perhatian,” tutup awang.(adv/disparkaltim/al/fz)