KUTAIPANRITA.ID – Kampung Bena Baru, sebuah kampung adat Dayak Kenyah yang terletak di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, mempersembahkan ragam kesenian khasnya yang dapat menjadi destinasi menarik bagi para wisatawan. Salah satu daya tarik yang patut dijelajahi di kampung ini adalah alat musik tradisional bernama Jatung Utang, yang terbuat dari kayu dan memiliki suara mirip gambang.
Jatung Utang, alat musik pukul, memiliki struktur yang unik dengan 9-13 kepingan kayu yang diikat pada tali dan dipasang di kotak kayu terbuka di bagian atas. Pemainnya memukul kayu-kayu tersebut dengan dua batang kayu terpisah, menghasilkan serangkaian nada yang bervariasi sesuai dengan panjang dan ketebalan kayu. Nada rendah dihasilkan dari kayu yang panjang dan tebal, sedangkan nada tinggi berasal dari kayu yang pendek dan tipis.
Jatung Utang adalah representasi salah satu alat musik tradisional Dayak Kenyah yang dapat ditemui di Kepulauan Kalimantan. Terbuat dari kayu Lempung dan kayu Meranti yang telah dikeringkan, alat musik ini dipilih karena kualitas suaranya yang unggul dan daya tahannya yang baik.
Menurut Ding, seorang pemain Jatung Utang yang telah mengunjungi Kampung Bena Baru, alat musik ini memiliki sejarah panjang. Ditemukan secara tidak sengaja oleh para petani yang sedang menunggu padi di sawah, Jatung Utang berasal dari bekas-bekas kayu yang digunakan untuk membuka ladang. Para petani kemudian mencocokkan nada-nada alat musik ini dengan alat musik Sampe, alat musik petik tradisional Dayak Kenyah.
“Alat musik ini awalnya digunakan sebagai sarana hiburan dan komunikasi bagi masyarakat. Jatung Utang juga digunakan sebagai alat pengiring upacara adat dan tari-tarian Dayak Kenyah. Alat musik ini memiliki makna filosofis, yaitu sebagai simbol persatuan dan keharmonisan antara manusia, alam, dan Tuhan,” jelas Ding.
Ding juga menyebutkan bahwa Jatung Utang telah mengalami perkembangan seiring dengan zaman. Saat ini, alat musik ini tidak hanya digantung menggunakan rotan atau tali, tetapi juga ditempatkan dalam kotak kayu untuk menjaga keberlanjutan nada. Jatung Utang juga telah memasuki era modern dengan penggabungan dengan alat musik seperti gitar, keyboard, dan drum. Kehadirannya tidak hanya dinikmati dalam berbagai acara di dalam dan luar negeri, tetapi juga diadaptasi menjadi karya-karya musik modern.
“Kami ingin melestarikan dan mengembangkan Jatung Utang sebagai warisan budaya kami. Kami berupaya memperkenalkannya kepada generasi muda dan masyarakat luas. Harapan kami, alat musik ini dapat menjadi salah satu daya tarik wisata di Kampung Bena Baru,” tutup Ding.(adv/disparkaltim/al/fz)