KUTAIPANRITA.ID, KUTAI KARTANEGARA – Perjalanan pendakian Tim Merah Putih Wahana Mahasiswa Pecinta Alam (Wamapala) Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta) ke Gunung Beratus, Kutai Barat (Kubar), Kalimantan Timur, menyisakan kisah penuh tantangan.
Di tengah ramai kabar di media sosial yang menyebut mereka tersesat, para pendaki akhirnya meluruskan. Mereka tidak hilang arah, melainkan terpaksa mengubah jalur turun karena kondisi medan yang sulit diprediksi.
Tim beranggotakan 13 orang ini melakukan ekspedisi untuk memperingati HUT ke-80 Republik Indonesia. Perjalanan dirancang selama tujuh hari, dimulai 12 Agustus dan dijadwalkan selesai 19 Agustus. Namun, kenyataan di lapangan jauh berbeda dari rencana.
Ketua Umum Wamapala Unikarta, Feri Ramadan, mengungkapkan hambatan pertama sudah muncul sejak perjalanan menuju kaki gunung. Jalur poros Kutai Barat–Penajam Paser Utara (PPU) yang mereka lalui banyak jembatan terputus.
“Perjalanan yang ditargetkan dua hari, molor hingga lima hari,” ujarnya, Minggu (24/8/2025).
Kendati tertunda, tim tetap melanjutkan pendakian. Pertimbangan logistik dan kondisi fisik membuat mereka memutuskan tidak kembali ke jalur awal, melainkan turun melalui Camp 53 milik PT Balikpapan Wana Lestari (BWL) di wilayah PPU.
Keputusan itu sebenarnya sudah dikonfirmasi kepada tim penjemput sejak 18 Agustus. Namun, keterbatasan jaringan memicu salah paham.
“Kami hanya menyebut dijemput di Camp 53. Ternyata ada dua lokasi yang disebut dengan nama itu, dan tim penjemput datang ke titik berbeda,” jelas Feri.
Situasi makin rumit ketika kabar tersesat beredar di media sosial pada 19 Agustus, padahal saat itu mereka sudah dalam perjalanan turun.
“Hari itu kami bahkan sudah dikonfirmasi aman oleh Polsek Bongan. Tapi karena badai, kami mendirikan tenda di ketinggian 1.000 mdpl,” kenangnya.
Turun gunung ternyata tak lebih mudah. Pada 20 Agustus, dua anggota tim kelelahan dan tertinggal dari rombongan. Kondisi ini memaksa tim berhenti di ketinggian 600 mdpl. Hingga esok harinya, keduanya belum juga bergabung.
“Pagi 21 Agustus, kami akhirnya bagi dua regu. Tujuh orang turun lebih dulu ke Camp 53 untuk mencari jaringan dan bantuan, sedangkan empat orang tetap menunggu dua rekan yang tertinggal,” kata Feri.
Regu pertama tiba di Camp 53 sore harinya dan langsung meminta bantuan tim SAR. Beruntung, di waktu hampir bersamaan dua anggota yang tertinggal akhirnya kembali bergabung, lalu melanjutkan perjalanan turun bersama regu kedua.
Peristiwa terpisahnya rombongan inilah yang kemudian memicu narasi ‘tersesat’ di media sosial.
“Kami ingin meluruskan, kami tidak tersesat. Semua langkah diambil dengan pertimbangan matang. Bahkan seluruh anggota sudah tiba di Camp 53 PT BWL sebelum tim SAR datang,” tegas Feri.
Meski begitu, ia tetap menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang sigap merespons laporan.
“Atas kegaduhan yang timbul, kami juga memohon maaf. Yang jelas, seluruh anggota dalam keadaan selamat,” pungkasnya.
Pewarta : M. Fikri Khairi Editor : Fairuzzabady











