KutaiPanrita.id – Ritual menyisik Lembuswana, Bepelas Sultan dan Belimbur Beras merupakan prosesi pertanda Erau Adat Pelas Benua akan berakhir.
Mulai dari Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura ke-XXI Adji Muhammad Arifin dan para kerabat berdiri dari duduk bersila untuk menghampiri Tambak Karang Lembuswana.
Tiap orang meletakkan mata uang kertas maupun logam ke bagian tubuh yaitu di kepala yang bermahkota, belalai, kaki, ekor, sayap hingga sisik dengan menghaturkan niat masing-masing terhadap pemaknaan simbol dalam diri Lembuswana.
Usai ritual menyisik Lembuswana dilanjutkan dengan sejumlah prosesi didalam keraton seperti tari Sakral Ganjur dan upacara ritual lainnya.
Setelah melakukan sejumlah prosesi, Sultan Adji Muhammad Arifin pun langsung menghadap ke Tiang Ayu sambil berjalan memegang tali Juwitan dan kain Cinde untuk melaksanakan ritual Bepelas yang diiringi dentuman meriam.
Usai melakukan ritual Bepelas selanjutnya dilaksanakan sejumlah prosesi didalam Keraton, yang diikuti para kerabat Kesultanan dan para tamu undangan.
“Malam ini kita melaksanakan Seluang Mudik, sebelum besok kita melaksanakan prosesi ngulur Naga. Seluang Mudik Sendiri dimaknakan seperti ikan seluang yang kembali kehabitatnya. Artinya, kita malam ini ada menyisik Lembuswana, menjuluk buah Bawal, dan terakhir Belimbur Beras. Dan kesemuanya itu melambangkan kemakmuran rakyat kutai,” terang, Raden Dedy Hartono, Kerabat Kesultanan Kutai Ing Martadipura.

Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura ke-XXI Adji Muhammad Arifin beserta kerabat melakukan prosesi Belimbur Beras yang di ikuti para tamu undangan yang hadir dengan sukaria.(Foto : Awal)
Setelah melakukan sejumlah ritual sakral, kemudian Sultan Adji Muhammad Arifin beserta kerabat melakukan prosesi Belimbur Beras yang di ikuti para tamu undangan yang hadir dengan sukaria.
Prosesi ini digelar dalam keraton usai ritual menyisik Lembuswana dan Bepelas Sultan yang berarti Erau akan berakhir sebelum menuju ke prosesi selanjutnya. (adm_alf)